“Tahun ini apa ada karnaval, gerak jalan dan ekspo pak guru” tanya siswa dengan polosnya kepada bapak gurunya. Dua tahun telah berlalu peringatan HUT RI yang selalu dihantui oleh pandemi covid tanpa kesan yang berarti bagi anak-anak siswa sekolah. Kegiatan yang menjadi rutinitas seantero pelosok negeri ini menjadi agenda wajib yang harus dilaksanakan dengan alih-alih mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang dan pahlawan di waktu lampau dengan cucuran keringat dan pertumpahan darah. Bukan hanya siswa disekolah masyarakat juga menunggu momen perayaan peringatan Kemerdekaan Republik indonesia ini dengan antusias.
Eforia peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang tiap tahunnya diperingati oleh seluruh masyarakat indonesia menjadi agenda rutin yang wajib dilaksanakan. Dari lomba-lomba prestasi umum yang jadi rutinitas seperti Gerak jalan, Karnaval/Pawai Budaya, Lomba lari, marathon, sepak bola dan bola voli. Maupun lomba yang dilakukan dikampung kampung untuk seru-seruan seperti lomba makan kerupuk, memasukkan paku dalam botol, tarik tambang, lomba lari menggigit sendok dengan kelereng, panjat pinang dan yang lain.
Peringatan yang dilaksanakan dikampung-kampung keseluruhan dananya berasal dari swadaya, masyarakat melakukan iuran sukarela mulai dai 10 ribu rupiah sampai 200.000 rupiah. Pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat bukan hanya iuran kegiatan dikampung saja, tetapi pengeluaran untuk mengecat pagar atau membuat asesoris sampai membuat lampu kerlap kerlip atau hiasan demi meriahnya peringatan dikampungnya yang bugjet nya bisa mencapai 100-200 ribu rupiah. Bukan biaya yang murah yang harus dikeluarkan oleh masyarakat setiap bulan agustus dalam rangka memperingati HUT RI.
Semangat nasionalisme dan patriotisme dan penghargaan masyarakat kepada pahlawan/pejuang kemerdekaan patut diacungi jempol dan dicatat. Bukan hanya tenaga biaya yang besarpun rela dikeluarkan untuk mengisi peringatan kemerdekaan yang telah susah payah direbut oleh para pejuang dari penjajah. Tampak meriah dan terang serta kelap kerlip lampu hias yang haya di temui di bulan agustus di sepanjang jalan bahkan di pelosok daerahpun tak kalah meriah.
Yang menjadi perhatian disini adalah apakah peringatan HUT RI dengan melaksanakan kegiatan kegiatan lomba bahkan perlombaan konyol sepadan dan layak dibandingkan dengan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Di masa saat ini yang belum seluruhnya masyarakat merasakan bebas secara ekonomi dan masih harus berjuang lepas dari cengkraman ekonomi dan kemiskinan. Kegiatan yang menghabiskan banyak dana apakah tidak lebih baik di alihkan dengan kegiatan yang lebih bermanwaan dan riil dalam mengisi kemerdekaan seperti bakti sosial atau kegiatan sejenis.
Pada sekolah atau madrasah, seberapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk satu kali kegiatan contohnya kegiatan pawai budaya atau yang sering dikenal dengan istilah karnaval, sebai misal untuk sekolah kategori menengah yang mempunyai siswa sekitar 300 siswa. Bila diambil rata-rata siswa dengan asumsi sewa baju dan make up untuk 200 siswa sekitar 200.000 ribu rupiah dan 100 siswa sekitar 50.000 rupiah kalo dihitung ketemu 45 juta rupiah belum ditambah asesoris dan operasional lain pada karnafal yang kurang lebih sekitar 5 juta rupiah sehingga kalo di jumlah totalnya sekitar 50 juta rupiah. Ini untuk satu sekolah lalu bagai mana dengan sekolah yang mempunyai murid 1000 atau lebih, tentunya kasaran bisa dihitung 150-200 juta. Dalam satu kecamatan tentunya banyak sekolah dan peserta dari berbagai macam organisasi sehingga bila ditotal keseluruhanya biaya yang dikeluarkan di satu kecamatan tidak kurang dari 1 milyar. Kegiatan dengan budget yang fantastis ini tentunya akan lebih bermanfaat bila di gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat membangun Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga mempu meningkatkan dan mempertebal rasa nasionalisme dan pratriotisme. Perlunya memilah dan memilih kegiatan yang berdampak dan berefek langsung terhadap rasa nasionalisme. Sehingga di setiap kegiatan akan tersirat dan tercermin semangat perjuangan para pahlawan dibandingkan kegiatan yang hanya terkesan foya-foya dan kurang manfaat dan tujuannya yang kurang jelas.
Perlombaan prestasi lebih cocok dan pantas untuk dilaksanakan dalam peringatan Hari ulang tahun Kemerdekaan, karena disini bisa dilihat semangat perjuangan, sportifitas yang melambangkan perjuangan para pahlawan. Kalaupun dipaksanakan kegiatan yang non prestasi untuk dikaji budget yang dibutuhkan untuk menggunakan biaya yang tidak terlalu besar. Masih banyak pilihan kegiatan yang meriah dan semarak yang lain bisa di pilih untuk perayaan kegiatan.
Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme sepadankah jika dibandingkan dengan kegiatan budget yang fantastis, dimana dimasing masing individu harus mengeluarkan biaya yang lebih sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk belanja keesokannya dalam memenuhi kebutuhan sehari hari. Mungkin bagi sebagian orang yang tingkat ekonominya menengah ke atas tidak masalah, bagai mana pula dengan yeng tingkat ekonominya menengah kebawah. Ini seperti penjajahan terselubung.
Uraian dan opini ini tidak ditujukan untuk membuat pesimis masyarakat dalam rangka nasionalisme dan patriotisme. Tetapi menjadi pemikiran dan perenungan bagi kita semua dan para pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan dengan baik dan sebijak mungkin. Indonesia butuh para pemimpin yang mengerti rakyatnya dan kebijakan kebijakan yang memihak rakyat dan kemakmuran untuk seluruh rakyat indonesia.
Kecintaan terhadap negara tidak dapat diukur dengan sebera besar harta benda yang kita berikan, tetapi sebera besar pengorbanan yang akan kita berikan kepada negara. Untuk menunjukkan nasionalisme dan patriotisme bukan ukuran materi melainkan seberapa besar kita mampu memaknai nasionalisme dan jiwa patriotisme.
Terbit di Opini Radar Banyuwangi Jawa Pos Kamis 5 September 2022
Penulis (Susanto) Adalah Guru Kimia MAN 4 Banyuwangi, Fasprov Mapel Kimia PPKB GTK Kemenag RI dan Content Creator Pendidikan pada Channel Youtube CHIMI ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar